TIPS SUKSES PUBLIC SPEAKING ALA PENYIAR RADIO PURBASORA

Dishubkominfo, Singaparna – Public speaking memiliki peran yang sangat penting dalam dunia penyiaran, seperti yang dijelaskan oleh Itep Suherman Dzulkarnaen atau yang lebih akrab disapa Kang Repan selaku penyiar Radio Purbasora.

Menurutnya, public speaking bukan hanya tentang berbicara di depan audiens, tetapi juga soal kemampuan menyampaikan pesan secara lisan agar audiens dapat memahami dan terpengaruh oleh informasi yang disampaikan. Dalam dunia penyiaran, hal ini menjadi semakin krusial karena selain berfungsi untuk menghibur, siaran juga harus mengandung nilai edukasi.

“Public speaking dalam siaran radio bukan hanya soal entertain, tetapi juga edukasi. Kalau kita hanya menghibur tanpa memberi nilai edukasi, bagaimana masyarakat dapat berkembang?. Masyarakat dari yang tua hingga muda, membutuhkan pengetahuan untuk dapat berubah dari hal-hal negatif ke positif.” jelas Repan.

Bagi Repan, seorang penyiar memiliki tugas besar untuk memberi dampak positif kepada pendengar melalui siaran mereka.

Saat berbicara mengenai perbedaan antara public speaking di radio dan di panggung langsung, Repan menyebutkan bahwa berbicara di radio harus melibatkan banyak imajinasi.

“Di radio, kita lebih bebas berimajinasi karena tidak ada audiens yang terlihat langsung. Kita juga bisa mengatur suara dengan cara tertentu. Namun, ketika berbicara di panggung, seperti di podium, tentu membutuhkan gestur tubuh dan ekspresi yang lebih jelas,” ujarnya.

Meskipun demikian, keduanya memiliki kesamaan, yaitu pentingnya penguasaan materi yang akan disampaikan.

“Baik di radio maupun di panggung, kita harus menguasai materi yang akan disampaikan agar audiens tidak merasa bingung dan dapat mengikuti dengan baik,” tambahnya.

Repan juga berbagi beberapa teknik dasar yang harus dikuasai oleh siapa saja yang ingin mahir dalam public speaking. Poin utama adalah percaya diri yang ia sebut sebagai kunci utama. “Sepandai apapun kita, jika tidak percaya diri, hasilnya akan terlihat kurang maksimal. Kepercayaan diri adalah kunci utama dalam berbicara di depan umum,” tegasnya.

Selain itu, persiapan materi yang matang juga sangat penting. “Menguasai bahan adalah hal yang tak bisa ditawar. Tanpa persiapan, apa yang kita sampaikan bisa terkesan asal-asalan,” ungkap Repan.

Terakhir, mengenal audiens sangat penting. “Di radio, pendengar kita beragam, dari pejabat hingga kalangan pedagang. Kita harus tahu bagaimana cara berbicara yang tepat agar mereka merasa nyaman dan terhubung dengan apa yang kita sampaikan,” tambahnya.

Terkait dengan cara mengatasi grogi atau gugup saat berbicara di depan audiens atau saat siaran langsung, Repan membagikan tips yang sangat berguna. “Kunci utama adalah percaya diri dan mempersiapkan materi dengan baik. Selain itu, jika masih merasa grogi, coba rekatkan gigi atas dan bawah, lalu tekan tangan. Itu akan membantu menenangkan tubuh dan menghindari tremor,” jelasnya.

Repan juga menekankan pentingnya memperhatikan teknik vokal, seperti kecepatan, volume, dan intonasi suara. “Saat berbicara, pastikan suara kita tidak terlalu cepat atau terlalu lambat, terutama ketika menyampaikan hal-hal yang penting. Ekspresi wajah dan artikulasi suara juga harus jelas agar audiens bisa menangkap pesan dengan baik.”

Membangun hubungan yang baik dengan pendengar, meskipun tidak bertatap muka langsung juga menjadi tantangan tersendiri dalam dunia penyiaran.

Repan mengungkapkan bahwa hal ini dapat dicapai dengan imajinasi yang kuat saat siaran. “Meskipun tidak bertemu langsung, kita dapat menciptakan ikatan dengan pendengar melalui imajinasi dalam siaran. Ketika bertemu langsung, chemistry yang sudah terbentuk akan terasa lebih kuat,” ujarnya.

Menurutnya, chemistry yang terjalin ini dapat membuka peluang untuk kerjasama, baik dalam bentuk promosi atau program lainnya. “Dalam dunia penyiaran, penting untuk menjaga hubungan baik dengan pendengar, apalagi jika mereka berasal dari kalangan pengusaha atau lembaga yang membutuhkan media untuk mempromosikan produk atau program mereka,” tambah Repan.

Namun, ada juga kebiasaan buruk yang harus dihindari dalam berbicara di depan publik, salah satunya adalah terlalu banyak humor atau tawa yang berlebihan. “Humor itu penting, tetapi harus seimbang. Jangan sampai seluruh percakapan penuh dengan tawa, karena itu akan mengurangi kualitas pesan yang ingin disampaikan,” kata Repan.

Meski demikian, Repan menekankan bahwa humor tetap penting, tetapi harus ditempatkan pada bagian yang tepat untuk menjaga suasana tetap ringan dan menarik.

Di akhir wawancara, Repan memberikan pesan yang sangat berarti untuk generasi muda yang ingin menekuni dunia penyiaran atau menguasai public speaking. “Kita tidak boleh memilih-milih orang dalam berkomunikasi, baik itu dari segi golongan atau kelas sosial. Public speaking harus dilatih secara terus-menerus dengan berinteraksi dengan berbagai kalangan,” pesannya.

Repan juga menekankan pentingnya menjaga integritas dan menjadi diri sendiri dalam setiap interaksi. “Kita harus tetap menjaga nama baik dan tidak terpengaruh oleh siapa pun. Jaga prinsip kita dan selalu belajar hal-hal baik dari orang-orang di sekitar kita,” tutup Repan.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *