GAGASAN TAJAM UNTUK GENERASI MUDA DITENGAH KETIMPANGAN DAN KRISIS MAKNA

Dishubkominfo, Singaparna – Di tengah geliat peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia, refleksi terhadap bentuk perjuangan dan semangat nasionalisme anak muda menjadi sorotan penting.

Diwan Masnawi, dosen muda asal Kabupaten Tasikmalaya dan pendiri Komunitas Kuluwung, memandang bahwa medan perjuangan generasi muda hari ini sangat berbeda dari generasi pendahulu.

Dalam wawancara yang digelar pada Minggu (3/9/2025), Diwan menyampaikan bahwa konteks perjuangan hari ini tidak lagi berada di medan tempur bersenjata, tetapi justru hadir di ruang-ruang kehidupan yang lebih dekat dan kasat mata.

“Proses perjuangan generasi muda menurut saya hari ini tuh tentu tidak akan sama dengan perjuangan-perjuangan leluhur kita sebelumnya. Kita akan mengalami medan perang kita sendiri,” ujarnya.

Diwan menjelaskan, medan perang saat ini dapat berupa ruang kebijakan, ruang kerja, hingga kehidupan sosial sehari-hari. Tantangannya tidak lagi fisik, melainkan mental dan struktural.

“Perang bagi generasi muda saat ini adalah untuk memastikan bahwa kita bisa menjalani hidup yang berbahagia, kita bisa mempunyai makna yang utuh atas hidup, kita bisa menikmati basic needs tanpa diganggu oleh banyak hal,” tambahnya.

Generasi muda saat ini, ungkap Diwan, dihadapkan pada soal-soal baru yang tidak pernah dihadapi sebelumnya, seperti ketimpangan ekonomi, krisis lingkungan, serta krisis makna dan kesehatan mental.

“Kita mempunyai ujian yang harus kita kerjakan dengan soal baru. Apa aja soalnya ?. Ketimpangan, krisis lingkungan, makna hidup. Apalagi mental health sangat besar di gen Z dan generasi alpha ya, dikit-dikit tertekan, waduh, langsung pengen apa gitu ya,” ungkapnya dengan nada prihatin.

Fenomena ini, menurut Diwan, turut memengaruhi cara generasi muda memaknai nasionalisme. Ia menilai wajar jika banyak anak muda merasa hubungan mereka dengan bangsa tampak renggang dan tidak lagi kokoh.

“Wajar ketika generasi muda melihat nasionalisme ini sangat retak dan tidak kokoh, karena perlu ada narasi ulang, perlu ada konsep baru tentang apa sih maksud satu bangsa ini tuh,” pungkasnya.

Pernyataan ini menjadi cerminan bahwa perjuangan dan nasionalisme tidaklah mati, hanya saja berubah bentuk. Kini, tugas kita bersama adalah membangun kembali narasi kebangsaan yang relevan dengan zaman dan jiwa muda yang hidup di dalamnya.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *