JELANG HUT KE-80 RI, INTELEK MUDA TASIKMALAYA AJAK MASYARAKAT UNTUK DEFINISIKAN ULANG MAKNA KEMAJUAN

 

Jelang Peringatan Hari Ulang Tahun Indonesia Ke-80

Dishubkominfo, Singaparna – Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, semangat refleksi kembali menggema di tengah masyarakat. Di tengah hiruk-pikuk pembangunan dan modernisasi, Diwan Masnawi—seorang dosen muda asal Kabupaten Tasikmalaya sekaligus founder Komunitas Kuluwung mengajak publik untuk memikirkan kembali makna kemerdekaan dan konsep kemajuan bangsa.

Dalam wawancara khusus yang digelar di kediamannya pada Minggu (3/8/2025), Diwan menyampaikan bahwa pemaknaan terhadap kemerdekaan selama ini cenderung stagnan dalam imajinasi tahun 1945, yakni kemerdekaan dari penjajahan kolonial secara politik.

“Kita mendengar kata kemerdekaan, society yang paling dekat dengan imajinasi kita itu pasti tahun 1945. Kita merdeka secara politik dari penjajah, dari kolonialisme,” ungkapnya.

Diwan menuturkan, di abad ke-20, terutama pada tahun 1945, banyak negara di dunia mengalami gelombang dekolonisasi dan membentuk negara-bangsa. Namun, menurutnya, dalam konteks kekinian, bangsa Indonesia masih menghadapi bentuk penjajahan yang berbeda.

“Sekarang seakan-akan kita telah menerima apa adanya bahwa kondisi sekarang kita itu merdeka. Tapi ternyata dalam bacaan-bacaan yang saya baca hari ini, kita tidak sepenuhnya merdeka secara ekonomi-politik. Kita tetap terjajah oleh kolonialisme dan neo-imperialisme itu ada,” tuturnya dengan nada kritis.

Wawancara langsung bersama Diwan Masnawi di kediamannya pada Minggu (3/9/2025)

Diwan juga mengangkat pentingnya mendefinisikan ulang arti dari kemajuan. Ia mempertanyakan, apakah kemajuan itu berarti hadirnya gedung pencakar langit, pesatnya teknologi, atau keberadaan drone yang mengudara ?.

Menurutnya, konsep kemajuan semestinya tidak hanya dilihat dari aspek material semata. “Menurut saya, kemajuan itu ketika kita berbahagia. Tapi bukan berarti kebahagiaan yang individualis, atau kebahagiaan hedonis,” ujarnya.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa kebahagiaan kolektif yang dicapai melalui pemerataan ekonomi, pengurangan kesenjangan, serta keseimbangan antara kebutuhan manusia dan lingkungan adalah bentuk kemajuan yang ideal. Di sanalah, ungkap Diwan, kemajuan sejati akan bermuara pada kekuatan spiritual dan hubungan yang selaras dengan Tuhan.

“Konsep kemajuan menurut saya itu yang seimbang antara kepentingan lingkungan dan kepentingan manusia, dua hal itu yang nanti akan bermuara pada hablu minallah, kekuatan spiritual,” pungkasnya.

Wawancara ini menjadi pengingat bahwa perayaan kemerdekaan bukan hanya seremoni belaka, tetapi juga momen penting untuk mengevaluasi perjalanan bangsa, apakah kita benar-benar telah merdeka dan maju dalam arti yang sesungguhnya.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *